Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo melakukan panen perdana kedelai pola kemitraan di Desa Bumiayu, Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat, Rabu 4 November 2020.
Panen kedelai merupakan upaya Kemetrian Pertanian demgan dukungan pemerintah daerah untuk menyokong ketahanan pangan nasional dadi Sulbar.
Mentan yang akrab disapa SYL menyampaikan, dunia pertanian tidak akan pernah mati , untuk itu, Ia meminta kepada desa, camat, bupati, dan gubernur serta semuanya kalau mau lihat daerah maju maka perbaiki pertanian.
Dikatakan, tidak ada satupun negara maupun daerah yang dapat menjamin bahwa esok hari kehidupan dapat lebih sejahtera selain mengandalkan hasil pertanian, dampak dari covid-19 menghancurkan perekonomian beberapa negara maju, dimana berdasarkan data selama 7 bulan terjadi penurunan berbagai sektor dan sektor pertanian terbukti dapat bertahan naik mencapai 16,4 persen
‘” Kalau ada yang menahan pertanian maka dia akan berhadapan dengan perut rakyat, maka dari itu tugas kita bersama untuk terus menjaga dan memelihara pertanian agar terus berjalan apa lagi disaat pandemi saat ini, ” ujar mantan Gubernur Sulsel dua periode itu.
Ia juga menyampaikan, untuk 273 juta penduduk Indonesia, harus produksi sebanyak banyaknya, dan kebutuhan kedelai itu 2 sampai 3 juta ton. Orang di pulau Jawa tidak bisa makan tanpa tahu dan tempe. Sekarang kita banyak dipenuhi oleh impor, sementara di luar sana juga takut kehilangan sumber-dayanya. Jadi kita tanam kedelai sekarang biar kita tahun depan kecukupan kedelai
Guna memenuhi kebutuhan dalam negeri, sambung mantan Gubernur Sulsel itu, Kementan melakukan pemberian bantuan sarana produksi, alat pra panen dan pasca panen, serta mendorong para petani untuk menggunakan fasilitas kredit usaha rakyat (KUR) dan pengembangan pertanian berbasis korporasi dan klaster.
Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar dalam kesempatan tersebut menyampaikan, sektor pertanian memiliki peran sangat penting dan strategis . Selain untuk menunjang pertumbuhan ekonomi , juga untuk mewujudkan ketahanan pangan yang akan berpengaruh pada ketahanan sosial dan penurunan Angka kemiskinan terutama di masa pandemi covid 19. Khusus di Sulbar, sektor pertanian termasuk perkebunan menyumbang hampir 50 persen terhadap PDRB dan menyerap tenaga kerja tidak kurang 56 persen dari jumlah penduduk yang bekerja.
” Selama masa pandemi covid 19 sektor pertanian tetap bergerak para petani tetap bekerja namun tidak mengabaikan protokol kesehatan untuk mencegah dan memutus penularan covid 19 sedangkan pemerintah bersama para stakeholder terkait selalu bersinergi melakukan pembinaan dan fasilitasi kebutuhan petani,” ujar mantan Bupati Polman dua periode itu
Disampaikan, dalam rangka perkembangan beberapa jenis komoditi pertanian yang berkembang pada enam kabupaten di Sulbar, hingga tahun 2019 yaitu padi dengan luas lahan 62 ribu hektar lebih, produksi 300 ribu 420 ton lebih, jagung, dengan luas lahan 136 ribu hektar lebih, produksi 624 ribu ton lebih. ubikayu, lahan 816 hektar lebih, produksi 25.416 ton. Ubi jalar, lahan 405 ribu hektar lebih, produksi 6.179 ton lebih titik kedelai, lahan 16.344 hektar lebih produksi 20.610 ton lebih. sedangkan komoditi perkebunan seperti Kakao dengan areal 144.381 hektar lebih, produksi 71.373 ton lebih. Kopi robusta, 8.094 hektar lebih produksi kurang lebih 2.336 ton titik kopi arabika, 7.716 hektar lebih, produksi kurang lebih 1.795 ton ton. Kelapa sawit, yang umumnya tersebar di 3 kabupaten yaitu Mamuju, Mamuju Tengah dan Pasangkayu luas areal seluruhnya 104.766 hektar lebih produksi CPO mencapai 189.588 ton kelapa dalam, 39.227 hektar rumah produksi kurang lebih 34 ribu ton. Kelapa hibrida, areal 3.726 hektar lebih, produksi kurang lebih 3.283 ton
” Panen raya kedelai pada hari ini merupakan hasil kerja keras petani di daerah ini dengan mendayagunakan lahan merupakan bentuk keseriusan Pemprov Sulawesi Barat dan pemerintah Kabupaten di Sulawesi Barat Dalam rangka pencapaian target produksi kedelai nasional sebagai bagian dari upaya mengurangi impor komoditi pangan termasuk kedelai salah satu upaya yang juga telah dilakukan untuk berkontribusi terhadap peningkatan produksi kedelai adalah kerjasama dengan PT Dwi tunggal usaha mandiri yang akan menyerap produksi kedelai dari daerah ini,” sebut Ali Baal
Ali Baal juga menyampaikan, dalam menyediakan sarana produksi yang dibutuhkan petani , menjadi penjamin petani yang membutuhkan kredit perbankan termasuk penyediaan asuransi pertanian dengan kerjasama tersebut berbagai persoalan yang menjadi keluhan petani selama ini seperti masalah pemasaran dan harga kedelai yang tidak berpihak kepada mereka diharapkan tidak terjadi lagi, sehingga para petani akan semakin terdorong dan bersemangat juga menanam kedelai sebagai komoditi unggulan selain padi, maka dari itu Sulbar dapat berperan nyata mengurangi ketergantungan impor kedelai secara nasional
Bupati Polewali Mandar, Andi Ibrahim Masdar mengemukakan, panen kedelai dengan luas 540 hektar serta ditargetkan pada tahun 2021 yang akan datang menargetkan 25 kali lipat atau mencapai 13.500 hektar dari luas lahan saat ini, baik pada lahan sawah maupun pada lahan kering.
” Ketika beberapa tempat di Indonesia masih sibuk mempertanyakan kebijakan dan ironi keledai di negeri tempe, Polman bergerak maju menjadikan daerah ini sebagai daerah Swasembada kedelai dengan harapan kedepannya menjadi penunjang kebutuhan kedelai di Indonesia yang sebagian besarnya berasal dari impor,” ujar pria yang akrab disapa AIM itu
Selain potensi pengembangan kedelai , sambung Andi Ibrahim, masih banyak potensi pertanian lainnya yang dianggap sangat cocok dikembangkan di Polman seperti padi, jagung juga mengembangkan tanaman perkebunan seperti kakao , kopi, kelapa , dan cengkeh serta tanaman buah-buahan seperti durian, langsat, rambutan dan masih banyak lainnya. sumber : https://berita.sulbarprov.go.id/index.php/kegiatan/item/2525-mentan-panen-kedelai-di-polman (SIT)